4/5/15 ALLAH, BAGAIMANA AKU MILIK MUTLAK DAN HANYA UNTUKMU....polimik akal dan naluriku!

(2) Perutku lapar, apa kerana Allah? Bagaimana? Kenapa? Bukankah laparku kerana aku belum makan? Nasi atau segala belum mengisi perutku, maka laparlah aku. Bagaimana bisa jadinya kerana Allah? Tengorokku kehausan, apa Allah yang membikinnya sebegitu? Toh, minumku, bukankah kerananya mahunya aku, kapan Allah berdatang kepadaku kerana itu? Hilang dahagaku, lantaran tanganku menuang air ke mulutku, menelan lalu membasah segala sel-sel tubuhku. Bukan Allah yang berbuat itu. Semua itu perlakuanku. Mandiku, kerana badanku sedang panas juga kehamisan; bagaimana Allah bisa campurtangan? Tidurku, kerana mataku sudah engan melotot terus, tidak Allah menutupnya. Bagaimana, bisa segalanya kerana Allah? Segala perlakuanku, adalah kerananya aku. Bagaimana Allah bisa menjadi aku dan segalanya di antara aku? Kacau? Ternyata logikanya di mana?


(5) Biar dari sudut mana aku melihat segalanya, biar sekadar lewat sebuah sel sepertinya Amoeba, atau paling recam sepertinya multisel, muli-organ manusia, tetap logika saitifik bisa menjelas semua akan mula kejadiannya. Begitu juga, biar disorot dari sudut kejadian dan fenomena apapun, pasti logika sains sosial akan dapat menjelas segala. Maka dari titik mana perlu kumulai untuk bisa kutemui jawabannya, di mana Allah dalam segalanya? Dari sudut mana jalan fikir dan rasa naluriku harus mendekat, agar jelas akan keberadaan Allah dalam diri ini. Persoalan dan jawaban yang kutuntut, Tuhan, Allah swt, jika benar Engau ada, aku kepingin jelas agar diriku segalanya lakuku harus keranaMu untukMu, tidak lain, tidak kurang, tetap sebegitu.
(6) Sesungguhnya diriku, sama saja intipatinya dengan tanah. Fizik tanah dan fizikku sama saja. Ada pejal, ada cair. Yang menjadi intipati tanah, juga menjadi intipati diriku. Ada sebatian biar galian juga bukan galian. Ada organik juga inorganik. Tanah dan segala apa di bumi ini sama saja, sama saja intipatinya. Begitu juga seisi air di mana-mana, juga di lautan luas. Juga seisi debu di mana-mana juga yang berterbangan di angin taufan. Begitu juga pada tumbuhan. Begitu juga pada segala haiwan.Jasadku dan jasad segala, sama saja intipatinya. Cuma beda bentuk dan susuanannya. Siapa membikin sebegitu? Biar lupakan dulu siapa dia. Untuk apa? Sepertinya, aku dan segala di bumi ini, adalah sesaudara. Ikan saudaraku? Ikan untuk aku makan, biar aku sihat, ya sememangnya, saudaraku untuk korbanku, untuk aku hidup sihat membesar. Tetapi ikan mati, dan aku hidup. Kenapa harus sebegitu? Juga ikan untuk aku sekadar lihat-lihat buat petetkan, hiasan. Ikan saudara obat duka bikin aku gembira. Aku gembira, namun ikan terkurung sempit hidupnya. Toh kok begitu?. Itu ikan. Yang lain bagaimana? Aku belum puas bersoal. Baik. Lihat pada lumut. Ngak ada perlunya untuk aku. Wah, jangan sombong. Semuanya untuk aku? Lumut tumbuh di batu-batu gunung, juga kulit-kulit pohon, juga batu-batu di air sungai , danau, laut atau di

(7) Apapun, tetap manusialah aku. Satu terus saja bersoal. Kedua terus saja sombong, ego. Di bumi ini, segalanya adalah untuk aku demi aku, tidak untuk Allah, bukan untuk Allah, nagak demi Allah. Aku berkuasa. Aku boleh merobah segala-gala. Gunung bisa kuratakan. Lautan telah banyak kukambusi. Hutan sudah luas kutukar jadi padang gundul. Guru kering telah luas kuhijau suburkan. Lembu dan seladang sudah kujadikan Selabu. Semuanya boleh kurobah, jika aku mahu. Aku berkuasa. Egoku memuncak. Hidungku jadi kembang tinggi. Dadaku membusut. Kepalaku keras tegak. Loh-loh tenang sebentar dong. Kok sudah berubah dari manusia ke gorila?. Diam sejenak. Berfikir, tenang dulu. Kapan kiranya segalanya akan menjadi tidak untuk,
(8) Alam sepertinya menjadikan segalanya. Dari alam, air adalah punca segalanya. Batu tumbuh dari gunung lantaran air yang menelanjanginya. Panas membakar jadi dingin saat air bertumpahan. Gurun penuh berbunga saat air menyimbah. Hutan menghijau saat air berturunan berterjunan dari langit. Katak riuh mengawan saat air membanjir. Kerbau enak membajak saat sawah membanjir. Hipo enak menguak saat sungai membuak. Ikan girang berlarian saat air bergenangan. Api semarak di hutan luruh, lantaran tiadanya air. Adanya air, padamlah api. Tenanglah segala. Dan manusia, saat airnya tumpah, tersenyum puaslah dia. Air adalah punca segala. Hukum alam, merubah air menjadi segala. Maka, Allahnya di mana? Siapa yang membikin air? H2O, begitulah kata guru kuliahku akan intipatinya air. O itu dari Oksijen dan H itu dari Hidrogen, di udara bebas. Hadirnya, dapat kurasa hidu, namun tidak bisa kulihat dan tangkap. Kenapa? Saat Oksijen terbakar dengan hadirnya Hidrogen, maka airpun terbentuk. Namun, saat aku membakar apa saja, tiada kelihat airnya. Kenapa? Pembakarannya untuk kejadian air di mana? Siapa yang membakarnya? Gimana bentuk pembakarannya? Wah, kini aku kian menghampir kepada penghujung keIlmuan dan kekuasaanku. Aku berkuasa atas segala, namun pada intipati air aku sudah nanar. Kenapa? Tahuku, ilmuku, kuasaku sepertinya kian terbatas.
(8) Intipati tubuhku, sama saja dengan segala. Bedanya hanya pada bentuk dan rupa. Semuannya asalnya dari air. Dari encer cair jadi pejal dan segala. Itulah azali jasad segala. Juga segalanya tergerak kerana air. Batu tanpa air, ngak bergolek. Pasir tanpa angin ngak beranjak. Pohon tanpa angin ngak bergoyang rebah. Udara, terus tenang pengap tanpa air. Tiada air, tiada angin. Air membedakan suhu alam, membikin kejadian arus, mengerak angin juga taufan. Air adalah pengerak segala, biar hijrah udara menjadi angin, menggerak segala haiwan dan manusia. Tetapi, sepertinya hanya haiwan bisa berjalan, atas mahunya sendiri. Kenapa? Lantaran mereka punya naluri dan otak, sepertinya aku. Namun, otakku 96 peratus lebih tinggi darjatnya dari otak chimpazee apa lagi otak kerbau. Chimpazee punya akal. Binantang paling pinter. Namun akalnya, pinternya tidak mungkin sehingga 96 peratus dari akalku. Kenapa? Sepertinya, sekali lagi benar dugaanku, segala sesuatu pasti lebih rendah darjat jasad, akal dan ilmunya dari aku. Maka akulah Raja buat semua. Wah itu sepertinya apa yang Allah bilang betapa segala akan sujud kepadaku, lantaran aku adalah Khalifah kepada segala. Lantas, pertama dari sudut jasad, aku sama saja seperti segala, terjadi juga sama seperti segala. babi hutan, kerbau, walrus, singa, beruang khutub, ungka, selasih, centerawasih, lumut, Euglina, kubis, mentimun, apa saja, jasad mereka semua, sama saja intipatinya denganku. Toh, jasadku, bisa paling mulia semulianya, juga bisa paling hina sehinanya. Sesungguhnya, naluri akal adalah rahsia atas darjatku. Dan naluri akal adalah yang menguasai aku, menentukan aku.
(9) Naluri akal adalah bedanya aku dari segala. Aku tidak berbeda pada jasad. Aku berbeda pada suatu keghaiban yang tidak bisa aku kuasai. Keberadaan naluri akal pada diriku adalah dalam rohku. Rohku, bukan kuasanya aku. Hadirnya, perginya, tidak pada kekuasaan aku. Saat mula kejadianku, bukan aku mahukan atau menentukannya. Saat rohku pergi, bukan aku menentukan cara dan waktunya. Kuasa itu, kini, aku sadar adalah mutlak milik Allah. Segalanya, Dia jadikan buatku. Biar tunggul tegak tidak bergerak bagai seorang bodoh dunggu sekalipun, sehingga kepada Chimpazee, binatang sepupu 96 peratus otaknya mirip otakku, semua segala adalah untuk aku. Akulah Khalifah untuk semua mereka. Khalifah untuk mengaja kebajikan segala agar terus aman damai untuk semua. harus kenapa aku bersoal, kenapa aku hanya untuk Dia?. Dia mencipta segala untukku, tidak terhitung bganyaknya, namun hanya satu pintaNya dariku, menjadilah dan berbuatlah segalanya hanya untukNya. Ya Allah. SubhannaAllah. MasyaAllah. Alhamdullilah. HidayahMu aku mengerti. Diriku dan apa juga dariku, Engkau perintahkan agar mutlak milik dan untukMu.
Sesungguhnya, nikmat Allah buatku, tidak terhitung. Maka, atas segalanya Dia buatkan untukku,

(10) Tuhan. Ya Rabbi. Allahuakbar. Tetapkan aku pada kesadaran dalamku ini. Aku dan segalanaya aku, mutlak milik dan hanya untukMu. Semailah hidayah dalam luasMu dalam naluri akalku, setiap lakuku, akan terus aku bertanya sendiri apa ada lain niat selain setulus seikhlas sesucinya hanya untukMu? Hindarkanlah aku terniat apa lagi terbuat jika selain dari itu. Di depanku, ada mereka yang bakal kutinggalkan. Biarlah aku pergi dalam limpah rahmatMu meluas tetap tersisa buat mereka yang juga adalah sepertinya aku terdahulunnya nanti. Aku memilih rahmat kekalMu selepas ini dari yang kini di sini. InsyAllah.
Kuching, Sarawak
9 Mei, 2013
Nota:
Tulisan ini, adalah saranan acid test ke atas keikhlasan segala niat dan perlakuan kita. Pokoknya, berbuatlah demi dan untuk kebahagian Ummah atas tanggungjawap kita sebagai khalifah biar di mana dan bentuk duduknya.
0 comments :
Post a Comment